Memiliki Ayah Tetapi Yatim

Pergi di pagi hari, pulang malam hari.
Kadang aku sudah tak menemukanmu saat aku terbangun.
Dan aku tak berjumpa denganmu sebelum aku terlelap dalam mimpiku.
Aku seperti tak memilikimmu.
Kapankah ini akan berakhir?
Aku membutuhkan kisah inspiratifmu.
Membutuhkan pelajaran berharga darimu.
Ketika libur tiba, dan kau berada dekat denganku,
Tak sepatah katapun kau ucapkan kepadaku.
Kau sibuk dengan pekerjaanmu.
Sehingga tak ada waktu untuk membalas sapaanku.
Aku tau kau capek, lelah, dan letih.
Aku mengerti ini semua demi kami.
Tapi, apakah akan terus begini?
Kapan kau akan meluangkan waktu untukku?
Untuk kita bersama.
Menghabiskan satu waktu denganku.
Tertawa bersama, berbagi bersama.
Aku selalu mengharapkan kau mengerti aku seperti aku mengerti dirimu.
Jangan salahkan aku jika aku menjadi anak yang nakal.
Aku hanya kurang bimbingan untuk menjadi sepertimu yang sibuk dengan pekerjaanmu.
Yang aku inginkan ialah kau meluangkan sedikit waktumu untukku ayah.

Hello parents, apa kabarnya anak anda semua? Semoga baik-baik saja. Sebagai penulis, sebenarnya saya juga belum merasakan bagaimana menjadi seorang orangtua, saya masih menyandang status anak saja di sini. Akan tetapi dengan mempelajari hal-hal yang ada, melihat berita, mendengar kisah orang lain, pengalaman sendiri, dan informasi lain yang saya terima ternyata banyak sekali kesalahan interaksi antara orangtua dengan anaknya. Kenapa saya menyebutkan seperti itu? Karena dibeberapa kasus sebagian penyebab hancurnya moral anak ialah karna memiliki masalah dengan orangtuanya.
Dan dalam tulisan saya kali ini saya akan lebih menekankan pada peran seorang ayah. Disini ayah ialah seorang kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga. Menjadi pemimpin bagi keluarganya, tentu akan menjadi tanggung jawab besar bagi seorang laki-laki yang telah menjadi seorang ayah. Permasalahan yang sedang marak saat ini ialah, seorang ayah ialah yang paling sedikit berinteraksi dengan anaknya. Dan biasanya yang sering sekali berinteraksi dengan anak ialah ibu. Mindset yang telah tertanam dalam fikiran semua ayah ialah, yang wajib mendidik anak ialah ibu, ayah hanya fokus pada nafkah saja. Nah inilah mindset yang salah selama ini. Kedua orangtua harus kompak dalam mendidik anaknya.
                Banyak sekali anak yang memiliki ayah akan tetapi ia yatim. Yatim yang saya maksudkan disini ialah karena si anak itu tidak merasakan kehadiran ayahnya dalam kehidupannya. Banyak sekali ayah yang tidak meluangkan sedikit waktunya untuk anaknya. Padahal anak sangat membutuhkan kasih sayang seorang ayah.
                Saya tekankan lagi, seorang anak sangat membutuhkan ayahnya sama seperti ia membutuhkan ibunya. Banyak sekali kisah tentang interaksi seorang anak dengan ayah, bahkan dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kisah yang menceritakan interaksi anak dan ayahnya. Contohnya, Ibrohim dan anaknya Ismail, mereka saling memahami karna interaksi yang cukup kuat, sehingga ketika Ismail akan di sembelih ia percaya kepada ayahnya, Ibrohim. Ada lagi, Lukman dan anaknya, lukman berinteraksi dan mengajarkan anaknya untuk tidak menyekutukan Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun selalu berinteraksi dengan anaknya, Fatimah. Sesibuk apapun mereka, tapi mereka sadar akan predikat mereka sebagai seorang ayah yang bertanggung jawab atas anaknya. Mereka meluangkan waktu untuk anaknya meski hanya sebentar.
                Seorang anak belajar cinta dan kasih sayang dari seorang ibu, dan seorang anak belajar kuat dan bertanggung jawab dari seorang ayah. Meskipun ibu yang harus diutamakan oleh seorang anak, akan tetapi masih ada satu ruang untuk seorang ayah.
                Saya mengajak semua ayah untuk sadar akan hal itu. Sadarlah berapa banyak anak yang moralnya rusak karna kurang perhatian dari seoang ayah. Mereka membutuhkanmu ayah. Luangkanlah waktu untuk anak-anakmu meskipun hanya sebentar. Ajaklah anakmu bermain bersama. Jangan sampai kau menyesal pada akhirnya. Tak ada kata untuk terlambat, selagi kau memiliki waktu, maka ayo luangkan waktumu untuk anakmu.


Maka, pada saatnya anakmu akan selalu bangga kepadamu karna sudah menjadi ayah yang hebat dan berarti baginya. Dan pada akhirnya, anakmu akan berkata “aku mencintaimu ayah”.

0 komentar:

Posting Komentar