Kadang aku sudah tak menemukanmu
saat aku terbangun.
Dan aku tak berjumpa denganmu
sebelum aku terlelap dalam mimpiku.
Aku seperti tak memilikimmu.
Kapankah ini akan berakhir?
Aku membutuhkan kisah
inspiratifmu.
Membutuhkan pelajaran berharga
darimu.
Ketika libur tiba, dan kau berada
dekat denganku,
Tak sepatah katapun kau ucapkan
kepadaku.
Kau sibuk dengan pekerjaanmu.
Sehingga tak ada waktu untuk
membalas sapaanku.
Aku tau kau capek, lelah, dan
letih.
Aku mengerti ini semua demi kami.
Tapi, apakah akan terus begini?
Kapan kau akan meluangkan waktu
untukku?
Untuk kita bersama.
Menghabiskan satu waktu denganku.
Tertawa bersama, berbagi bersama.
Aku selalu mengharapkan kau
mengerti aku seperti aku mengerti dirimu.
Jangan salahkan aku jika aku
menjadi anak yang nakal.
Aku hanya kurang bimbingan untuk
menjadi sepertimu yang sibuk dengan pekerjaanmu.
Yang aku inginkan ialah kau
meluangkan sedikit waktumu untukku ayah.
…
Hello parents, apa kabarnya anak anda
semua? Semoga baik-baik saja. Sebagai penulis, sebenarnya saya juga belum
merasakan bagaimana menjadi seorang orangtua, saya masih menyandang status anak
saja di sini. Akan tetapi dengan mempelajari hal-hal yang ada, melihat berita,
mendengar kisah orang lain, pengalaman sendiri, dan informasi lain yang saya
terima ternyata banyak sekali kesalahan interaksi antara orangtua dengan
anaknya. Kenapa saya menyebutkan seperti itu? Karena dibeberapa kasus sebagian
penyebab hancurnya moral anak ialah karna memiliki masalah dengan orangtuanya.
Dan dalam tulisan
saya kali ini saya akan lebih menekankan pada peran seorang ayah. Disini ayah
ialah seorang kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga. Menjadi
pemimpin bagi keluarganya, tentu akan menjadi tanggung jawab besar bagi seorang
laki-laki yang telah menjadi seorang ayah. Permasalahan yang sedang marak saat
ini ialah, seorang ayah ialah yang paling sedikit berinteraksi dengan anaknya.
Dan biasanya yang sering sekali berinteraksi dengan anak ialah ibu. Mindset yang telah tertanam dalam
fikiran semua ayah ialah, yang wajib mendidik anak ialah ibu, ayah hanya fokus
pada nafkah saja. Nah inilah mindset
yang salah selama ini. Kedua orangtua harus kompak dalam mendidik anaknya.
Banyak
sekali anak yang memiliki ayah akan tetapi ia yatim. Yatim yang saya maksudkan
disini ialah karena si anak itu tidak merasakan kehadiran ayahnya dalam
kehidupannya. Banyak sekali ayah yang tidak meluangkan sedikit waktunya untuk
anaknya. Padahal anak sangat membutuhkan kasih sayang seorang ayah.
Saya
tekankan lagi, seorang anak sangat membutuhkan ayahnya sama seperti ia
membutuhkan ibunya. Banyak sekali kisah tentang interaksi seorang anak dengan
ayah, bahkan dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kisah yang menceritakan
interaksi anak dan ayahnya. Contohnya, Ibrohim dan anaknya Ismail, mereka
saling memahami karna interaksi yang cukup kuat, sehingga ketika Ismail akan di
sembelih ia percaya kepada ayahnya, Ibrohim. Ada lagi, Lukman dan anaknya,
lukman berinteraksi dan mengajarkan anaknya untuk tidak menyekutukan Allah SWT.
Bahkan Nabi Muhammad SAW pun selalu berinteraksi dengan anaknya, Fatimah.
Sesibuk apapun mereka, tapi mereka sadar akan predikat mereka sebagai seorang
ayah yang bertanggung jawab atas anaknya. Mereka meluangkan waktu untuk anaknya
meski hanya sebentar.
Seorang
anak belajar cinta dan kasih sayang dari seorang ibu, dan seorang anak belajar
kuat dan bertanggung jawab dari seorang ayah. Meskipun ibu yang harus
diutamakan oleh seorang anak, akan tetapi masih ada satu ruang untuk seorang
ayah.
Saya
mengajak semua ayah untuk sadar akan hal itu. Sadarlah berapa banyak anak yang
moralnya rusak karna kurang perhatian dari seoang ayah. Mereka membutuhkanmu
ayah. Luangkanlah waktu untuk anak-anakmu meskipun hanya sebentar. Ajaklah anakmu
bermain bersama. Jangan sampai kau menyesal pada akhirnya. Tak ada kata untuk
terlambat, selagi kau memiliki waktu, maka ayo luangkan waktumu untuk anakmu.
Maka, pada saatnya anakmu akan
selalu bangga kepadamu karna sudah menjadi ayah yang hebat dan berarti baginya.
Dan pada akhirnya, anakmu akan berkata “aku
mencintaimu ayah”.
0 komentar:
Posting Komentar